Puluhan mahasiswa Universitas
Brawijaya Malang, Jawa Timur, saat menggelar aksi yang siap menjual
ginjal untuk membayar SPP. Karena pihak rektorat UB menolak permohonan
surat penundaan pembayaran. Selasa (20/8/2013). | KOMPAS.com/Yatimul
Ainun
MALANG, KOMPAS.com — Puluhan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, menggelar aksi di depan kantor rektorat kampus setempat, Selasa (20/8/2013).
Mereka akan menjual ginjal masing-masing karena surat permohonan penundaan SPP (Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan) yang mereka ajukan ditolak.
Aksi mahasiswa dimulai dari depan gedung Kuliah Bersama dilanjutkan ke beberapa gedung fakultas dan finis di depan gedung Rektorat. Mereka membawa poster bertuliskan "Saya mahasiswa UB berniat menjual ginjal demi lanjut kuliah".
Kepada Kompas.com, Ahmad Syaifuddin Zuhri, perwakilan mahasiswa yang bermasalah dengan SPP, menjelaskan bahwa ada puluhan mahasiswa yang siap menjual ginjalnya demi membayar SPP.
"Kita ditolak meminta surat penundaan yang ditolak. Karena sudah ada SK Rektor UB terkait pemberhentian penundaan SPP UB," katanya.
Mahasiswa lainnya, Megawati dan Galih Putra, juga siap menjual ginjal. Menurut Galih, dia pernah diterima di program Bidik Misi. "Namun, tiba-tiba digagalkan. Tanpa ada pemberitahuan," kata Galih, mahasiswa FISIP UB.
Galih mengaku sudah mengajukan penundaan pembayaran, tapi ditolak karena sudah ada SK Rektor UB itu. "Jika tidak melunasi SPP atau tidak membayar KRS, harus terminal dulu. Itu sudah opsi terakhir dari pihak rektorat," katanya.
Galih dan mahasiswa lainnya sudah mengajukan surat penundaan pada Senin (19/8/2013) kemarin. Namun, jawaban pihak rektorat adalah jika tidak bisa membayar SPP mereka diminta meminjam ke bank.
"Hal itu yang menjadi kami tersakiti. Dan hal itu, malah bukan meringankan kami. Karena, bunga bank sangat besar, dari 0,3 sampai 15 persen," katanya.
Galih mengatakan, banyak mahasiswa FISIP UB yang bernasib sama dengan dia. "Yakni penundaannya ditolak," akunya.
Para mahasiswa menyatakan akan tetap melakukan aksi jika tidak ada jawaban atau kebijakan dari pihak rektorat. "Sementara Rektor dengan PD II FISIP, saat ini sedang ke luar negeri. Dia katanya ke Hongkong," katanya.
Ditanya kenapa menjual ginjal, Galih dan teman-temannya mengatakan, hanya ginjal mereka yang bisa dijual demi melunasi SPP dan keperluan kuliah lainnya di UB.
"Saya rela jual ginjal demi biaya pendidikan yang mahal. UB saat ini dikenal dengan istilah 'no money, no study'," tegas Galih.
Dalam tuntutannya, para mahasiswa menolak tegas SK Rektor UB yang berkaitan dengan pemberhentian penundaan SPP UB untuk menentang kapitalisasi pendidikan serta keterlibatan modal-modal asing swasta dan asing pada UB.
"Maka dengan ini, kami dari aliansi mahasiswa Fisip UB (Amfibi) akan melakukan aksi segel beberapa bank swasta yang beroperasi di lingkungan UB. Aksi ini akan dilakukan selama tiga hari, hingga tuntutan kami dipenuhi," katanya.
sumber.kompas.com
No comments
Post a Comment