Wednesday, October 24, 2018

Sabtu-Minggu Untuk Dirimu bagian kedua


            Sabtu, 19 Agustus 2017

            Hari ini gwa akan ke Cibubur, bareng temen-temen purna Jambore Nasional. Katanya mereka penasaran sama Rainas sekaligus ingin bernostalgia ke Jamnas setahun lalu yang diselenggarakan di lokasi yang sama. Kalo gwa sih cuma mau ketemu Dhea, teman putri yang bikin gwa penasaran.
            Gwa sendiri bingung kenapa gwa bisa penasaran sama Dhea. Berawal kenal di grup purna jamnas, hingga akrab sampai sekarang. Cuma begitu saja pertemanan kita, tak ada yang berbeda dengan layaknya pertemanan biasanya. Bahkan dari kamis lalu gwa sudah terbayang-bayang dengan wajahnya tiap kali gwa mau tidur. Mungkin kah ini yang dibilang jatuh cinta? Hmm….
            Berkumpul di Stasiun Cawang, lalu melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Univ. Indonesia. Dari Stasiun “kampus kuning” kami melanjutkan perjalanan menggunakan taksi berbasis daring. Sampai di Buperta sektiar jam 14.30, Dhea yang sedang kegiatan wisata keluar perkemahan sepertinya belum pulang. Gwa chat  gak di bales, handphone-nya lowbatt kayaknya.
            Sampai mentari menghilang pun gwa masih menunggu Dhea, teman-teman gwa yang lain sudah mengeluh untuk pulang. Tapi gwa selalu meminta untuk mereka sabar sebentar karena gwa yakin bahwa hari ini gwa akan bertemu dengan Dhea, teman putri yang membuat gwa begitu penasaran. Sampai akhinrya gwa galau, pulang atau tidak? Menginap untuk mencari Dhea atau pulang bersama teman-teman dan hari esok kembali ke perkemahan untuk mencari si Dhea kembali. Jika menginap, gwa gak membawa baju ganti selain itu batrai handphone gwa juga sudah menipis. Seandainya pulang, menjadi sia-sia hari ini karena gwa gak berhasil bertemu dengan Dhea.
            Sekitar pukul 20.00 gwa memutuskan untuk kembali pulang bersama temen-temen purna jamnas. Ketika di dalam taksi online, Tika melihat seseorang yang ia anggap Dhea.
            “Jak itu Dhea bukan?”
            “ bentar…” jawab gwa sambil mengamati seorang perempuan yang sedang mendorong sepeda dari dalam mobil yang sedang berjalan.
            “iyaaa itu Dhea!!!” lanjut gwa dengan nada yang begitu senang.
            Satu mobil jadi heboh seketika, terutama gwa yang akhirnya bisa melihat Dhea walaupun dari balik kaca mobil. Sampai-sampai si supir melontarkan pertanyaan.
            “mau turun dulu dek? Emang itu siapa adek? Pacar?”
            “bukan pak, udah gapapa lanjut aja. Bisa ngeliat dia dari dalam mobil aja sudah senang. Besok aja saya ke sini lagi.”

            Minggu, 20 Juli 2017.

            “Lu mau ke buper gak jak? Ada Risat nih.. kalo mau dia tungguin” tanya si Dhea
            “oh yaudah, gwa otw”
            Gwa yang baru bangun jam 10.00 pun langsung mandi dan sarapan nasi uduk gwa berangkat kembali buperta. Berbeda dengan kemarin, hari ini gwa berangkat sendirian naik transjakarta. Gwa lupa, ini hari minggu.. alhasil gwa pun terjebak macetnya tol jagorawi. Hingga akhirnya gwa sampai di buperta jam 14.00, jadi bila dihitung-hitung lama perjalanan dari rumah gwa ke cibubur sekitar 1,5 – 2 jam. Hmmmm….
            Sampai buper gwa langsung menghubungi Risat. Ternyata mereka berdua lagi berteduh di bawah tenda di lapangan utama menghindari teriknya matahari yang cukup menyengat. Kali ini tak sulit bagi gwa mencari Dhea teman putri yang membuat gwa penasaran. Tapi entah kenapa saat gwa bertatap muka dengan Dhea, tak ada respon apa-apa dari diri gwa tak seperti semalam yang sampai-sampai membuat bingung sang supir.  Dhea yang sepertinya lapar mengajak kami makan. Tidak lama setelah makan Risat berpisah lebih dulu, katanya sudah dicariin sama ibunya. Gwa yang baru beberapa saat bertemu Dhea pun memutuskan untuk pulang agak sore.
            Gwa yang mau banget ikut kegiatan di rainas pun meminjam id card  Dhea dan juga tas yang ia kenakan. Karena tanpa memakai tas dan id card ia juga sudah dapat di ketahui sebagai peserta ’legal’. Upaya gwa pun membuahkan hasil, setidaknya gwa bisa mencicipi masakan dari berbagai penjuru nusantara dan juga mengikuti ragkai awal acara penutupan rainas.
            Saat festival kuliner nusantara gwa dan Dhea berbagi tugas. Terkadang Dhea yang antri dan gwa yang menunggu ataupun sebaliknya. Kadang kami berdua juga mencar untuk mendapatkan banyak jenis makanan yang ada. Makanan terenak versi kami berdua adalah pecel, minuman favorit kami adalah bir pletok dari Jakarta dan cemilan manis yang terbuat dari gula dan berbentuk kubus lalu diberi pewarna untuk mempercantiknya menjadi cemilan favorit gwa dan Dhea. Sedangkan nasi dengan sajian ikan goreng dan lauk-pauk dari salah satu provinsi di Sumatra menjadi makanan yang menurut kami berdua kurang disukai karena memiliki rasa yang cukup aneh. Ada juga jamu bawang hutan dari Kalimantan Utara yang mau pedas yang cukup menyengat dan juga rasa yang begitu pahit seperti bau rumput bila dicabut. Kami juga makan mie aceh, rujak bali dan banyak makanan dan juga minuman nusantara lainnya.
            Setelah itu gwa diajak Dhea untuk ikut acara konser musik dalam rangkaian awal penutupan rainas. Salah satu kegiatannya adalah pesta holi powder yang membuatan baju dan seluruh badan gwa kotor.
            Tak terasa mentari perlahan menghilang. Pakaian yang kotor membuat gwa mau tak mau mandi terlebih dulu di perkemahan, namun ternyata mandi tanpa sabun dan sampo tidak dapat menghilangkan 100% bubuk warna dirambut dan beberepa yang ada bagian tangan. Jadi percuma sudah gwa mandi, karena selain rambut yang masih kotor, baju dan celana juga berwarna karena bubuk tersebut.
            Festival kuliner nusantara dan juga pesta holi powder menjadi pengalaman yang mengesankan untuk gwa yang begitu penasaran dengan Dhea.
            Gwa yang ingin memiliki iket jawa barat dan juga ring berbentuk topeng khas Jabar pun merelakan topi jamnas gwa untuk ditukar dengan dua buah benda yang gwa inginkan. Tapi sayang sampai sekarang sudah setahun lewat rainas usai belum juga Dhea mengirimkan barang yang gwa inginkan.
            Dan kini gwa sadar, ternyata bukan jatuh cinta yang membuat gwa terbayang-bayang si Dhea melainkan rasa persahabatan yang begitu dekat diantara kami sehingga membuat rasa cinta pun tak ada apa-apanya.
            Ah… ngomong apasih gwa ini. Abaikan sajalah. Itu adalah cerita pengalaman gwa mengenai pertemanan gwa dengan teman-teman yang ada diberbegai penjuru nusantara. Semoga nanti gwa juga bisa bertemu dengan temen-temen yang lainnya ya… Salam kangen dari gwa, semoga dilain waktu kita akan bertemu kembali.

Saturday, October 20, 2018

Sabtu-Minggu Untuk Dirimu bagian pertama


Cerita ini akan gwa mulai dengan mengulas kembali ke Jumat, 28 Juli 2017.
            Ketika gwa lagi bersantai menonton bocah-bocah bermain bola ditaman deket rumah, tiba-tiba ada yang menelpon gwa.
            “assalamualaikum.. ini Jaka ya?”
            “walaikumsalam, iya kenapa? Ini siapa ya?”
            “saya kak Ela, kamu mau ikut rainas (Raimuna Nasional) gak? Kalo..”
            “iya kak mau banget” jawab gwa yang memotong pembicaraan Kak Ela.
            “kalo mau, besok kamu bisa ke kwarcab (Kwartir Cabang Pramuka) gak?”
            “siap bisa kak,”
            “yaudah, nanti saya kirim formulir dan persyaratan yang harus dibawa besok ya..”
            “siap iya kak, terimakasih banyak kak”
            Setelah menutup telpon, gwa pun tak bisa lagi membendung kebahagian. Bagaimana tidak, rainas adalah pesta penegak se-indonesia yang digelar tiap lima tahun sekali. Dan gwa bisa dibilang salah seorang yang beruntung karena bisa mengikuti dua kegiatan nasional. Yup… sebelumnya gwa ikut Jambore Nasional.
            Dimalam yang sama gwa langsung memberitahu Dhea. Ia juga rencananya bakal ikut dalam kegiatan se-indonesia itu. Sehingga ini bisa jadi awal pertemuan kami berdua setelah setahun lalu kami gagal bertemu di Jambore Nasional. Bukannya gagal sih tapi memang karna kita belum kenal, hehehehe…
            Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, gwa mengisi dan melengkapi berbagai persyaratan yang harus gwa serahkan esok hari jam 9:00 pagi di kwarcab.
            Sabtu, 29 Juli 2017.
             Diawal mentari naik gwa sudah datangi puskesmas membuat surat keterangan sehat untuk melengkapi persyaratan yang diminta.
            Setelah itu gwa lanjut ke kwarcab untuk ikut latihan. Gwa, anggota baru yang menggantikan Adit diminta untuk memperkenalkan diri terlebih dulu ke para rekan-rekan. Gwa juga sempat ketemu dengan beberapa Pembina yang membawa kontingen regu gwa saat Jamnas. Mereka terheran-heran gwa ikut Rainas, wajarlah karena jarang sekali purna Jamnas yang bisa ikut rainas. Itu karena tenggang waktu jamnas dan rainas yang tak terlalu jauh, hanya satu tahun saja.
            Malam-nya gwa kembali ditelpon Kak Ela. Namun kali ini ia memberikan kabar tak enak kepada gwa, katanya gwa terpaksa tidak  bisa ikut rainas karena umur gwa yang belum memenuhi persyaratan.
            Sebenarnya gwa tetap bisa ikut rainas dengan cara yang tak sportif. Gwa juga sudah membujuk Kak Ela, meminta saran dan pendapat dan juga bantuan kepada para senior yang gwa kenal agar gwa bisa ikut rainas. Tapi Kak Ela dan rekan-rekan Dewan Kerja Cabang gak berani mengambil keputusan yang sedikit beresiko. Akhirnya dengan berat hati gwa berlapang dada untuk mundur dari rainas. Sedih, pasti. Tapi gwa mencoba untuk dewasa dan belajar untuk tak serakah. Karena ikut jamnas saja sudah senang dan tak banyak orang yang bisa ikut kegiatan nasional itu.
            Dihari yang sama gwa juga langsung mengabarkan Dhea. Ia lebih beruntung karena dirinya tetap lanjut karena menambahkan umurnya menjadi 16 tahun.
© KATABANGJAKA