Thursday, January 31, 2019

Api & Air


(Sebuah rangkaian kata dari katabangjaka)
Siapa yang tak tahu cerita yang terjadi di tahun ‘98
Dari Trisakti hingga tragedi Semanggi
Katanya, ayah ku termasuk salah salah satu dari ribuan mahasiswa itu
Reformasi begitu keras, katanya
Hal itu berlanjut beberapa tahun silam
Ia dan kawan The Jak-nya bertandang ke Surabaya
Sudah tahu dicurigai,
Malah berdiri, hampir bersorak-ria merayakan gol
Satu stadion pun langsung memperhatikan ia dan rekan-rekan
begitu ujarnya
Rivalitas antar supporter memanglah keras
Bahkan terkadang baku-hantam antar supporter tak terhindarkan
Sampai akhirnya aku juga merasakan kerasnya dunia suporter
Walau hanya melihat saja tanpa ikut pukul-pukulan
Sampai sekarang pun aku masih ingat kejadiannya,
Ya.. keras memang, tapi ayah tak pernah mengajarkan ku untuk melakukan kekerasan
Ia selalu mengkedepankan pemikiran yang intelek
untuk menyelesaikan suatu masalah
Pulang pagi, hanya mendengarnya berdiskusi
Seakan hal biasa bagiku kala itu
Dari warung kopi sampai pelataran stadion
Aku pernah merasakan tertidur lelap
Karena tak kuat menahan rasa kantuk dan
Tak mengerti pembicaraan orang dewasa
Kini, aku sudah remaja
Permasalahan mulai menghampiri, emosi tentu saja..
Aku mencoba menyelesaikan masalah tanpa emosi
Tapi menyelesaikannya dengan kepala dingin
Aku bukanlah seorang pengecut
Karna ayah tak pernah mengajarkan itu kepadaku
Hanya saja, aku ingin seperti ayah dan rekan-rekannya
Menggunakan akal sehat untuk menyelesaikan suatu permasalahan
Karena Api jangan lah dibalas dengan api
Balaslah dengan air, agar api itu menjadi padam..

"Makrab" katanya...


            Makrab… kata mereka, tapi tidak untuk gwa! Entah dinamakan kolektif-an atau pemerasan dan pemaksaan.. beberapa bulan lalu tiap kelas dimintai “sumbangan” untuk makrab. Mungkin aja gwa setuju dengan prinsip dari makrab itu sendiri tapi sumbangan yang seakan tak masuk akal membuat gwa geram. Kenapa begitu? Mari kita hitung-hitungan.

            Perorang diminta untuk patungan Rp, 50.000,- bila satu kelas ada 35 maka, perkelas “menyumbang” Rp, 1.750.000,- bila satu angkatan dengan lima kelas maka satu angkatan bisa “menyumbang” Rp, 8.750.000,- maka bisa dihitung bila ada tiga angkatan (kelas 10,11&12) maka totalnya = Rp, 26.750.000,-. Oh… lupa, kelas 12 gak ikut sumbangan! Oke, jadi hanya dua angkatan. Rp, 8.750.000,- x 2 angkatan, maka totalnya Rp, 17.500.000,-.

            Entah masuk akal atau tidak! Namun, menurut sudut pandang anak polos seperti gwa. Angka tersebut untuk sebuah acara makrab cukup tidak masuk akal. Apalagi tidak ada penjelasan sama sekali mengenai berapa pemasukan yang ada dan pengeluaran untuk kebutuhan acara. Janganlah itu, runtutan acaranya saja tidak dijelaskan seperti apa.

            “Kelas 10 gak ikut kolektif-an kan yang jadi panitia angakatan kita bukan meraka” katanya. Oke.. mulai sedikit mendalam. Berapa kira-kira harga sewa villa per malam? Katakan saja 4 juta permalam. Kan buat makan belom, berapa biaya untuk makan? 25,000 x 3 x 50 orang = Rp. 3,750.000,-.  Maka total pengeluaran hanya Rp. 7,750.000,- dari perkiraan Rp. 8,000,000,- dan pemasukan “sumbangan” Rp. 8,750.000,-. Maka bagaimana dengan 1 jutanya? Ini tidak termasuk biaya transportasi ya.. karena mereka akan naik motor pribadi!

            Oke mungkin gwa terlalu detail. 

            Keresahan gwa selain itu adalah para “peserta” makrab yang tak jauh hanya anak-anak tongkrongan yang asal sekolah demi mendapat uang jajan dan juga hiburan tongkrongan yang tak seberapa. Adanya sedikit pemaksaan terhadap salah seorang yang tidak membayar “sumbangan”. Berbagai tekanan pun dilontarkan, apalagi kacamata kuda yang sering kali melihat berita mengenai bullying karena suatu hal dan tekanan sehingga membuat kepala semakin stress dan seakan ingin pecah! Pemikiran dikepala sudah kemana-mana..

            Maka… bila ditanya    “Wajar kah..?” jawabannya subjektif. Tapi menurut gwa hal tersebut tidak wajar karena yang ikut acara tersebut hanya segelintir dari ratusan murid SMA yang ada. 

            Ets… ini hanyalah sudut pandang gwa. Mungkin saja kita memiliki pandangan yang berbeda, mungkin bisa berdiskusi tanpa emosi! Hehehehe…

Friday, January 11, 2019

Dari Cibubur Hingga GBK


            Salah satu venue yang gwa inginkan untuk bertugas adalah komplek Gelora Bung Karno. Kenapa begitu? Karena deket dari rumah, bila mana mempunyai waktu kosong yang cukup gwa bisa ke rumah dan naro baju kotor agar ketika pulang tidak terlalu berat dan juga repot. Hehehe… 

Tapi apa daya bila ditugaskan di-venue lain, yakni GOR POPKI, Cibubur cabang olah raga anggar. Sebenarnya gwa udah berharap banget ditugaskan di GBK terutama cabang akuatik karena renang salah satu olah raga kegemaran gwa, apalagi gwa belum pernah ngerasain stadion akuatik setelah renovasi. Oh iya.. kali ini tim kami dipecah, kelompok 12 putra di anggar, kelompok 11 dan 12 putri di akuatik.
 
Gwa tugas di hari rabu, tidak seperti biasa kali ini gwa tugas berangkatnya siang karena memang jadwal up yang dimulai sore dan jumlah yang tidak terlallu banyak. Untuk tugas kali ini juga terasa berbeda, selain berbeda tim dan venue namun juga pendamping dan sistem yang berbeda. Mungkin bisa gwa bilang ada kurangnya komunikasi yang dilakukan antara panitia dengan pendamping kami, maka ketika pelaksanaan ada sedikit hal yang kurang sempurna.

Dihari berikutnya kelompok gwa kembali di satukan dan kali ini keinginan gwa terwujud karena gwa tugas di cabang atletik. Walaupun bukan di akuatik tapi gwa merasa senang karena mendapat venue yang tidak jauh, hehehe… Berangkat menuju GBK pagi tapi tidak se-pagi ketika berangkat ke Sentul. Sebenernya sih gwa tugas sore dan malam tapi karena ini kali pertama gwa tugas di GBK maka tim kami diminta datang pagi untuk melihat dan pelajari mengenai Upacara Penghormatan Pemenang di GBK.

Tapi gwa gak sempet pulang ke rumah, gwa lebih memilih untuk menonton cabang olah raga yang dipertandingkan di area komplek GBK. Tentu saja nonton cabang para atletik dan juga memperhatikan temen-temen yang tugas pagi agar ketika nanti tugas berjalan dengan lancar. Selain itu gwa juga sempetin ketemu temen-temen sekolah yang memang ditugaskan tiap sekolah untuk turut mendukung Asian Para Games dengan menonton ke venue. Bukannya ditanyain kabar, gwa malah di teror soal tugas. Hmmmm….

Disela-sela waktu jeda pertandingan cabang atletik gwa dan yang lain menyempatkan foto-foto di stadion kebanggan rakyat Indonesia ini.

Selanjutnya gwa menyaksikan pertandingan para bulu tangkis, yang dimana secara kebetulan gwa bertemu dengan adek gwa yang juga sedang menonton APG bersama rekan-rekan sekolahnya. Sebenarnya setelah itu gwa ingin melihat cabang akuatik namun karena waktu yang sudah mulai sore dan gwa harus siap siap untuk tugas maka dengan berat hati gwa gak menyaksikan cabang akuatik.

Bisa dibilang cabang atletik merupakan cabang terpadat dan melelahkan dari cabang olahraga lainnya karena sistem UPP-nya yang maraton dan jumlah tim yang seadanya. Disore hari gwa tugas hanya sekali, lanjut malamnya gwa tugas hanya tiga kali seharusnya sih lebih tapi karena bener-bener capek dari pagi belum istirahat dengan cukup. Dengan kecerdikan yang ada gwa selalu alesan ke toilet, lalu ngadem  diruang ganti. Hehehehe…

Dan baru selesai UPP jam 10 malam. Setelah makan malam, ganti pakaian akhirnya kami kembali ke kampung atlet. Padahal kalo boleh, gwa lebih mending pulang ke rumah karena besok gwa tidak ada kegiata atau tugas. Dan rencananya gwa mau nonton cabang akuatik, sekaligus malam perpisahan sebelum berpisah ditanggal 14.

Tunggu cerita selanjutnya….

Thursday, January 03, 2019

Sirkuit Sentul


            Tiap cabang olah raga rata-rata terdiri dari dua kelompok dengan dua pendamping. Untuk di Sirkuit Sentul ( cabang Balap Sepeda Jalan Raya) sendiri, terdiri dari tim 11 dan 12 dengan pendamping Kak Varhan dan Kak Nunu. Dan kami menamakan tim ini dengan “antar kota antar provinsi “ karena dalam tim kami terdiri dari berbagai kota dan provinsi, gitulah kira-kira hehehe…. Terkecuali cabang akuatik dan atletik yang membutuhkan banyak personil karena upacara penghormatan pemenang (UPP) yang sangat banyak.

            Oh iya, cabang ini juga dapat dikatakan salah satu pelaksanaan UPP atau Victory Ceremony dengan jumlah yang sedikit, hanya 20x dalam dua hari kalau gwa tidak lupa.

            Tapi tidak semudah yang kamu kira.. karena kami dikejar oleh waktu, kenapa begitu? Karena jarak dari kampung atlet, Jakarta menuju Sirkuit Sentul, Bogor tergolong jauh dibandingkan dengan tim yang lain. Merupakan satu-satunya venue yang berada diluar Jakarta. Jadi kami harus bangun pagi karena pemberangkatan bis jam 6 dan hanya berangkat tiap satu jam sekali. Mungkin itu juga kalau ada yang ingin menuju ke Sentul. Dan baru pulang sore hari atau bahkan setelah mentari tenggelam. Dan sampai kampung atlet sudah cukup malam dan juga lelah maka kegiatan yang gwa tunggu-tunggu adalah makan dan tidur, hehehehe…

            Tugas hari pertama itu hari senin, tanggal 8 Oktober. dihari pertama Indonesia telah memperoleh mendali yang dipersembahkan oleh M.Fadli, walaupun belum dapat emas namun hal ini cukup membanggakan karena balap sepeda ditengah mentari yang menyengat itu tak gampang loh… Di hari pertama gwa bertugas sebagai pengerek dan juga ”tukang parkir” yang membantu sang pengerek agar tepat waktu ketika bendera sampai di ujung tiang. Oh iya, di hari pertama sempat ada masalah yang cukup menegangkan apalagi ketika itu VIP yang memberikan mendali dan boneka momo adalah ketua INAPGOC. Hmmmm….

            Tugas dihari kedua, Selasa 9 Oktober. dihari itu gwa kembali bertugas sebagai pengerek dan juga “tukang parkir”. Kami pun berangkat lebih pagi unutk menjaga-jaga untuk meminimalisir keasalahan yang akan terjadi. Sebelum pelaksanaan kami kembali mengecek kondisi tiang, katrol dan juga pengait bendera. Oh iya… tau gak saking terlalu paginya kami datang, maka kami juga cukup terlalu lama menunggu balapan selesai. Kami sudah memakai PDU disaat lap yang masih tersisa 6 lap. Maka kami kegerahan memakai PDU dibawah mentari yang teriknya cukup menyengat. Saat gwa cek suhu, ternyata mencapai 36° C. Jika kalian penasaran silahkan coba sendiri. Tapi disamping itu gwa mendapatkan pengalaman tambahan dimana gwa menonton balapan persis disamping jalan/trek balapan. Dan Alhamdulillah dihari kedua tugas, kami berhasil menyelesaikannya tanpa ada masalah.

            Oke mungkin itu aja sih ya cerita gwa mengenai tugas di Sentul. Pokoknya gwa seneng banget dan menikmati tugas di Sentul Sirkuit, walaupun dengan cuaca yang menyengat.

Tunggu cerita selanjutnya….
© KATABANGJAKA