Wednesday, May 29, 2019

Bukan Untuk Di Baca


            Sejak kecil mungkin kita sering diberitahu perihal pentingnya sopan satun. Pada pendidikan taman kanak-kanak bu guru juga terus menerus memberikan pengetahuan dan pembelajaran mengenai sopan satun atau pun tata krama, berlanjut pula ke jenjang sekolah dasar. Bahkan saya atau mungkin kalian bosan mendengar ocehan tetang nilai-nilai sopan satun.
            Pagi ini, gwa dapat pelajaran berharga sekaligus bertanya dalam hati.
            Gwa sedang memainkan pulpen sambil berpikir mengenai sebuah rencana membuat cerita pendek. Handphone gwa taruh persis di samping buku sebagai media gwa menulis semua rencana.
            “assalamualaikum… bok, bok..” suara tamu memanggil nenek gwa dari depan pintu rumah. Oh iya, kenapa nenek gwa dipanggil ”bok”? itu semacam panggilan untuk perempuan yang lebih tua, seperti “bu” mungkin… gwa juga gak tau pasti.
            Gwa yang mendengar pun segera mungkin keluar dan menghampiri sang tamu “Ya… Ada apa? Nenek ada di dalem”. Tetapi tanpa basa-basi dan seakan menghiraukan keberadaan gwa, beliau langsung masuk begitu saja ke dalam rumah dan bertemu nenek gwa. Tak lama kemudia sang tamu kembali pergi tak tau kemana.
            Sadar jikalau sedang berpuasa, gwa pun menahan rasa dongkol di hati. Musabab beliau seperti tak menghormati tuan rumah walaupun lebih tua ia usia nya dibandingkan dengan gwa. Tapi bukankah itu sopan satun? Yang telah diajakarkan sejak kecil.
            Apakah beliau tidak mengajarkan sopan satun kepada anaknya? Atau jangan-jangan hanya mengajarkan tanpa mencontohkan dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari?
Pantas saja jikalau masih banyak sampah berserakan di jalan. Sopan satun dan tata krama yang diajarkan sedari kecil saja hanya dianggap pengetahuan yang perlu diterima kuping kanan, lalu dikeluarkan melalui kuping kiri. Padahal itukan salah satu fundamental karakter kepribadian. Apalagi pengetahuan “buang sampah pada tempatnya”.
Jikalau teman-teman membaca tulisan ini dan di kemudian hari menjadi seorang orang tua atau pun guru. Tolonglah, selain kita mengajarkan berbagai pengetahuan terhadap anak/murid, kita juga perlu dan harus mencontohkannya/menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Maaf jika tulisan ini “sok” bijak dan tidak sebagus tulisan orang-orang intelek yang mengerti kaidah penulisan yang benar. Karena bukan rangkaian katanya yang perlu di nilai dan di serap melainkan pesan dibalik pengalaman menjengkelkan di pagi hari ini yang perlu kalian serap dan terima lalu dijalankan bukan sekedar dibaca.

No comments

© KATABANGJAKA