Saturday, May 18, 2019

Bukan Galau Karena Cinta


            Kemarin gwa dateng ke salah satu acara buka bersama ekskul sewaktu SMP, beberapa temen lama gwa juga ikut acara tahunan itu. Acara nya tak jauh berbeda dengan acara buka bersama lainnya, diawali dengan bacaan ayat suci lalu salat magrib terlebih dulu sebelum acara yang ditunggu-tunggu tiba saatnya (makan), setelahnya barulah acara inti yakni semua bercengkrama sembari menghabisi hidangan yang sudah disediakan.
            Setelah itu gwa dan salah satu teman lama izin pulang terlebih dulu, ia mengajak untuk nongkrong sambil menyeruput kopi di kedai kopi langganannya terlebih dulu. Di perjalanan, ia bercerita tentang beberapa teman sewaktu SMP yang tinggal kelas karena beberapa masalah. termasuk dirinya sendiri yang kini khawatir dengan ‘poin’ yang sudah melebihi batas ambang, ditambah surat pernyataan yang sudah berulang kali ditanda tangani.
            Sesaat sampai kedai kopi, “lo mao minum apaan Jak?” gwa pun bingung dan hanya menjawab “samain aje kayak lu” lalu gwa pun disodori daftar menu yang ada. Sebab gwa menggemari Raditya Dika yang suka minum kopi Americano, yasudah itu lah yang gwa pesan. Maklum aja, gwa gak pernah nongkrong… lebih asik di rumah, walau ayah kerap menyuruh gwa untuk gaul ke luar rumah, untuk mencari pengalaman katanya.
            Sembari menunggu pesanan datang, teman gwa mengeluarkan rokoknya dan menawari gwa sebatang rokok. “gwa gak ngerokok..” itu lah jawaban gwa pada tiap orang yang menawari gwa untuk mencoba menghisap sebatang rokok.
            Dari dulu, gwa berteman dengan perokok bahkan juga ‘peminum’. Tapi tidak sekalipun terlintas untuk mencoba semua itu.
            Masa remaja katanya memang masa untuk mencari jati diri, mencoba berbagai hal baru mau yang positif ataupun hal negatif. Mungkin itu yang menyebabkan beberapa teman gwa menjadi perokok aktif yang terkadang juga meneguk ‘minuman’, menikmati pornografi dan bebrapa hal lainnya. Tapi ada pula teman gwa yang sewaktu dulu suka berulah dan badung, sekarang malah menjadi orang yang religi.
            Oke balik ke cerita,
            Sambil menyeruput kopi, gwa ngobrol banyak hal dengannya dan sesekali ia menyinggung untuk gwa mencoba olahan tembakau tersebut. Sampai pada akhirnya hati kecil gwa yang sedari dulu berkata tidak untuk mencoba, entah mengapa menjadi galau. Hal yang pertama kali terpikir di otak gwa hanya meminta pendapat beberapa teman gwa, terutama teman putri karena sekiranya mereka pasti tidak suka dengan pria yang merokok dan punya alasannya tersendiri. Tapi dari beberpa yang gwa tanya via whatsapp tak satu pun ada yang menjawab dan ketika gwa memperhatikan jam ternyata sudah mengarah pukul 22.59 pantas saja mereka tak membalas.
            Kenapa tidak konsultasi dengan orang tua? Karena gwa yakin jawabannya adalah “tidak”. Gwa mencoba untuk bertanya dengan pemikiran yang sepantar dengan gwa, ada yang bilang jikalau ingin bertanya sesuatu hal tentang kehidupan dan teman-teman mu, tanya saja dengan orang yang sepantar dengan umur mu karena mereka tahu bagaimana sifat dan tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seumurannya.
            Untung saja, hingga seruput kopi terakhir hati kecil belum menentukan pilihannya.  Sebenarnya yang gwa takuti sehingga membuat galau bukanlah iklan rokok yang mengerikan, melainkan gwa takut menjadi ketagihan setelah mencoba nya kali pertama. Sebab ketika menjadi perokok aktif, sulit untuk berhenti dan uang pun selalu terpakai untuk menghisap si tembakau. Itu kata temen gwa sendiri lohh…
Entah masuk akal atau tidak itu alasan gwa untuk tidak merokok.
Ini merupakan dilema pertama yang berat buat gwa di masa putih abu-abu.  Dan jika gwa berbeda pendapat mengenai hal tersebut dengan anda sebagai penikmat, yaaaa….… sudah.

No comments

© KATABANGJAKA