Kemarin
gwa dateng ke salah satu acara buka bersama ekskul sewaktu SMP, beberapa temen
lama gwa juga ikut acara tahunan itu. Acara nya tak jauh berbeda dengan acara
buka bersama lainnya, diawali dengan bacaan ayat suci lalu salat magrib
terlebih dulu sebelum acara yang ditunggu-tunggu tiba saatnya (makan),
setelahnya barulah acara inti yakni semua bercengkrama sembari menghabisi
hidangan yang sudah disediakan.
Setelah
itu gwa dan salah satu teman lama izin pulang terlebih dulu, ia mengajak untuk
nongkrong sambil menyeruput kopi di kedai kopi langganannya terlebih dulu. Di
perjalanan, ia bercerita tentang beberapa teman sewaktu SMP yang tinggal kelas
karena beberapa masalah. termasuk dirinya sendiri yang kini khawatir dengan ‘poin’
yang sudah melebihi batas ambang, ditambah surat pernyataan yang sudah berulang
kali ditanda tangani.
Sesaat
sampai kedai kopi, “lo mao minum apaan Jak?” gwa pun bingung dan hanya menjawab
“samain aje kayak lu” lalu gwa pun disodori daftar menu yang ada. Sebab gwa
menggemari Raditya Dika yang suka minum kopi Americano, yasudah itu lah yang
gwa pesan. Maklum aja, gwa gak pernah nongkrong… lebih asik di rumah, walau
ayah kerap menyuruh gwa untuk gaul ke luar rumah, untuk mencari pengalaman
katanya.
Sembari
menunggu pesanan datang, teman gwa mengeluarkan rokoknya dan menawari gwa sebatang
rokok. “gwa gak ngerokok..” itu lah jawaban gwa pada tiap orang yang menawari
gwa untuk mencoba menghisap sebatang rokok.
Dari
dulu, gwa berteman dengan perokok bahkan juga ‘peminum’. Tapi tidak sekalipun
terlintas untuk mencoba semua itu.
Masa
remaja katanya memang masa untuk mencari jati diri, mencoba berbagai hal baru
mau yang positif ataupun hal negatif. Mungkin itu yang menyebabkan beberapa
teman gwa menjadi perokok aktif yang terkadang juga meneguk ‘minuman’,
menikmati pornografi dan bebrapa hal lainnya. Tapi ada pula teman gwa yang
sewaktu dulu suka berulah dan badung, sekarang malah menjadi orang yang religi.
Oke
balik ke cerita,
Sambil
menyeruput kopi, gwa ngobrol banyak hal dengannya dan sesekali ia menyinggung
untuk gwa mencoba olahan tembakau tersebut. Sampai pada akhirnya hati kecil gwa
yang sedari dulu berkata tidak untuk mencoba, entah mengapa menjadi galau. Hal yang
pertama kali terpikir di otak gwa hanya meminta pendapat beberapa teman gwa,
terutama teman putri karena sekiranya mereka pasti tidak suka dengan pria yang
merokok dan punya alasannya tersendiri. Tapi dari beberpa yang gwa tanya via whatsapp tak satu pun ada yang menjawab
dan ketika gwa memperhatikan jam ternyata sudah mengarah pukul 22.59 pantas
saja mereka tak membalas.
Kenapa
tidak konsultasi dengan orang tua? Karena gwa yakin jawabannya adalah “tidak”. Gwa
mencoba untuk bertanya dengan pemikiran yang sepantar dengan gwa, ada yang
bilang jikalau ingin bertanya sesuatu hal tentang kehidupan dan teman-teman mu,
tanya saja dengan orang yang sepantar dengan umur mu karena mereka tahu
bagaimana sifat dan tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seumurannya.
Untung
saja, hingga seruput kopi terakhir hati kecil belum menentukan pilihannya. Sebenarnya yang gwa takuti sehingga membuat
galau bukanlah iklan rokok yang mengerikan, melainkan gwa takut menjadi
ketagihan setelah mencoba nya kali pertama. Sebab ketika menjadi perokok aktif,
sulit untuk berhenti dan uang pun selalu terpakai untuk menghisap si tembakau. Itu
kata temen gwa sendiri lohh…
Entah masuk
akal atau tidak itu alasan gwa untuk tidak merokok.
Ini
merupakan dilema pertama yang berat buat gwa di masa putih abu-abu. Dan jika gwa berbeda pendapat mengenai hal tersebut
dengan anda sebagai penikmat, yaaaa….… sudah.
No comments
Post a Comment