Hari ini adalah hari terakhir gwa
di Cirebon. Rencananya pagi ini, gwa kembali mencari nasi jamblang di sekitar
GOR Bima tempat masyarakat Cirebon beraktivitas di minggu pagi untuk olah raga
atau pun sekedar mencari sarapan seperti gwa.
Huft…
sepertinya gwa masih belum beruntung karena setelah keliling memutari nya gwa
juga belum menemui penjual nasi jamblang, yang ada malah penjual nasi bakar
dengan lauk ayam bakar. Yasudah lah, nikmati dan syukuri saja yang ada.
Seusai menyantap makan pagi, Dhea mengajak ke
salah satu wisata gua yang ada di Cirebon. Lagi-lagi karena sekiranya akhir
pekan sehingga akan banyak pengunjung yang juga datang, gwa pun mencari
destinasi lain di sekitar Cirebon.
“Dhe,
sini pantai dimana? Pantai yok” ajak gwa
Sedikit
menjauh dari pusat kota, kami pun sampai di PELABUHAN. PELABUHAN?
Gwa
kira Dhea membawa gwa ke pantai wisata dengan pasir putih dan air laut yang
jernih serta banyaknya orang-orang yang bermain selancar.. itu di Bali ya?
Hmmmmmm…
Ternyata
ada pantai wisata yang terselip diantara pelabuhan dan juga hutan bakau. Airnya
juga tidak terlalu jernih karena aktivitas kapal nelayan dan juga kapal besar
yang berlalu lalang di tengah laut sana. Tetapi banyak juga wisatawan yang
bermain air di bibir pantai. Ada juga yang lebih memilih naik perahu nelayan
hingga ke tengah laut, ya… hanya sekedar melihat lautan. Dan ada juga yang
memancing di atas tembok pemecah ombak.
Itulah
pilihan gwa. Bukan mancing, bukan juga naik perahu, apa lagi berenang… toh
rencana dadakan, mana bawa baju ganti, hmmmmm…
Duduk
di atas tumpukan batu sebagai tembok pemecah ombak sambil melihat para
pemancing yang mencari ikan dan kapal-kapal besar yang berlalu lalang di tengah
laut adalah pilihan gwa.
Tak
lupa juga gwa dan Dhea kembali berakhayal tentang pertemanan jauh kami ber-12
(Gwa, Dhea, Azka, Rzya, Risat, Adnan, Rafi, Denis, Widya, Fudin, Metha dan
Indah). Gwa membuka google
maps. Lalu mencari arah dimana Bengkulu, Pulau Bangka,
Padang, Jakarta, Bekasi, Cilegon, Garut, Pekalongan, Ngawi, Banjarmasin dan
Balikpapan, Cirebon jangan sampai lupa ya…
Lalu,
gwa merekam sebuah vidio sambil mengarahkan lensa kamera kearah kota-kota
tempat kami tinggal hingga klimaks-nya “nanti kita kumpul disana… (menunjuk ke
laut lepas)”. Ya bila ingin di cari tengah-tengahnya hanya laut Jawa
jawabannya.
Sinar
mentari mulai menyengat pori-pori kulit, kembali ke rumah Dhea adalah pilihan
terbaik. Sembari jalan, mata melirik kiri dan juga kanan memperhatikan jalan
juga warung nasi jamblang, hehehehe… tapi tak juga ketemu.
Setelah
sampai hal yang pertama terpikirkan adalah istirahat, karena nanti malam gwa
gak mau tidur di kereta.
Saat
terbangun dari tidur, mentari sudah tak lagi diatas kepala. Mandi dan packing kembali
lalu menghabiskan sore hari hanya untuk bermain telepon pintar. Malamnya,
setelah adzan isya gwa pamit dengan ibu Dhea, sedangkan ayahnya lagi keluar
rumah katanya.
Sepanjang
perjalanan, gwa berpikir bagaimana cara nya agar bisa menambah waktu libur ini?
Besok sudah kembali sekolah dan kembali bertemu guru juga pelajaran yang
terkadang membuat bosan. Masih ingin di Cirebon, itu yang terlintas di pikiran
gwa. Suasana yang tenang dan jamuan yang ramah dari keluarga Dhea membuat gwa
nyaman.
Di
dalam kereta gwa kembali berpikir, pergi kemana liburan selanjutnya? Bengkulu?
Banjarmasin? Balikpapan? Padang? Bangka? Cukup jauh dan mahal ongkosnya,
jelajah Jawa saja dulu. Ngawi? Pekalongan? Garut? Cilegon? Bekasi?? Terlalu
dekat… hmmmmmm…
Dan
kereta pun sampai di Ibukota tepat pada waktu yang tertera pada tiket. Ayah
sudah menjemput dan menunggu di pintu keluar, semoga saja tidak bingung untuk
gwa mencarinya seperti mencari si Dhea pada pintu keluar stasiun Cirebon
Prujakan tiga hari yang lalu.
Tidak
ada oleh-oleh yang gwa bawa, hanya pengalaman dan cerita yang bisa gwa bagikan
kepada banyak orang sekitar.
Selanjutnya,
kemana? ….
No comments
Post a Comment