(Sebuah rangkaian
kata dari katabangjaka)
Siapa yang
tak tahu cerita yang terjadi di tahun ‘98
Dari Trisakti
hingga tragedi Semanggi
Katanya,
ayah ku termasuk salah salah satu dari ribuan mahasiswa itu
Reformasi
begitu keras, katanya
Hal itu
berlanjut beberapa tahun silam
Ia dan
kawan The Jak-nya bertandang ke Surabaya
Sudah tahu
dicurigai,
Malah berdiri,
hampir bersorak-ria merayakan gol
Satu
stadion pun langsung memperhatikan ia dan rekan-rekan
begitu
ujarnya
Rivalitas
antar supporter memanglah keras
Bahkan terkadang
baku-hantam antar supporter tak terhindarkan
Sampai akhirnya
aku juga merasakan kerasnya dunia suporter
Walau hanya
melihat saja tanpa ikut pukul-pukulan
Sampai sekarang
pun aku masih ingat kejadiannya,
Ya.. keras
memang, tapi ayah tak pernah mengajarkan ku untuk melakukan kekerasan
Ia selalu
mengkedepankan pemikiran yang intelek
untuk
menyelesaikan suatu masalah
Pulang
pagi, hanya mendengarnya berdiskusi
Seakan hal
biasa bagiku kala itu
Dari warung
kopi sampai pelataran stadion
Aku pernah merasakan
tertidur lelap
Karena tak
kuat menahan rasa kantuk dan
Tak
mengerti pembicaraan orang dewasa
Kini, aku
sudah remaja
Permasalahan
mulai menghampiri, emosi tentu saja..
Aku mencoba
menyelesaikan masalah tanpa emosi
Tapi menyelesaikannya
dengan kepala dingin
Aku
bukanlah seorang pengecut
Karna ayah
tak pernah mengajarkan itu kepadaku
Hanya saja,
aku ingin seperti ayah dan rekan-rekannya
Menggunakan
akal sehat untuk menyelesaikan suatu permasalahan
Karena Api
jangan lah dibalas dengan api
Balaslah dengan
air, agar api itu menjadi padam..
No comments
Post a Comment