Makrab…
kata mereka, tapi tidak untuk gwa! Entah dinamakan kolektif-an atau pemerasan
dan pemaksaan.. beberapa bulan lalu tiap kelas dimintai “sumbangan” untuk
makrab. Mungkin aja gwa setuju dengan prinsip dari makrab itu sendiri tapi
sumbangan yang seakan tak masuk akal membuat gwa geram. Kenapa begitu? Mari kita
hitung-hitungan.
Perorang
diminta untuk patungan Rp, 50.000,- bila satu kelas ada 35 maka, perkelas “menyumbang”
Rp, 1.750.000,- bila satu angkatan dengan lima kelas maka satu angkatan bisa “menyumbang”
Rp, 8.750.000,- maka bisa dihitung bila ada tiga angkatan (kelas 10,11&12)
maka totalnya = Rp, 26.750.000,-. Oh… lupa, kelas 12 gak ikut sumbangan! Oke,
jadi hanya dua angkatan. Rp, 8.750.000,- x 2 angkatan, maka totalnya Rp, 17.500.000,-.
Entah
masuk akal atau tidak! Namun, menurut sudut pandang anak polos seperti gwa. Angka
tersebut untuk sebuah acara makrab cukup tidak masuk akal. Apalagi tidak ada
penjelasan sama sekali mengenai berapa pemasukan yang ada dan pengeluaran untuk
kebutuhan acara. Janganlah itu, runtutan acaranya saja tidak dijelaskan seperti
apa.
“Kelas
10 gak ikut kolektif-an kan yang jadi panitia angakatan kita bukan meraka”
katanya. Oke.. mulai sedikit mendalam. Berapa kira-kira harga sewa villa per
malam? Katakan saja 4 juta permalam. Kan buat makan belom, berapa biaya untuk
makan? 25,000 x 3 x 50 orang = Rp. 3,750.000,-.
Maka total pengeluaran hanya Rp. 7,750.000,- dari perkiraan Rp.
8,000,000,- dan pemasukan “sumbangan” Rp. 8,750.000,-. Maka bagaimana dengan 1
jutanya? Ini tidak termasuk biaya transportasi ya.. karena mereka akan naik
motor pribadi!
Oke
mungkin gwa terlalu detail.
Keresahan
gwa selain itu adalah para “peserta” makrab yang tak jauh hanya anak-anak
tongkrongan yang asal sekolah demi mendapat uang jajan dan juga hiburan
tongkrongan yang tak seberapa. Adanya sedikit pemaksaan terhadap salah seorang
yang tidak membayar “sumbangan”. Berbagai tekanan pun dilontarkan, apalagi
kacamata kuda yang sering kali melihat berita mengenai bullying karena suatu
hal dan tekanan sehingga membuat kepala semakin stress dan seakan ingin pecah!
Pemikiran dikepala sudah kemana-mana..
Maka…
bila ditanya “Wajar kah..?” jawabannya
subjektif. Tapi menurut gwa hal tersebut tidak wajar karena yang ikut acara
tersebut hanya segelintir dari ratusan murid SMA yang ada.
Ets…
ini hanyalah sudut pandang gwa. Mungkin saja kita memiliki pandangan yang
berbeda, mungkin bisa berdiskusi tanpa emosi! Hehehehe…
No comments
Post a Comment