Thursday, January 31, 2019

"Makrab" katanya...


            Makrab… kata mereka, tapi tidak untuk gwa! Entah dinamakan kolektif-an atau pemerasan dan pemaksaan.. beberapa bulan lalu tiap kelas dimintai “sumbangan” untuk makrab. Mungkin aja gwa setuju dengan prinsip dari makrab itu sendiri tapi sumbangan yang seakan tak masuk akal membuat gwa geram. Kenapa begitu? Mari kita hitung-hitungan.

            Perorang diminta untuk patungan Rp, 50.000,- bila satu kelas ada 35 maka, perkelas “menyumbang” Rp, 1.750.000,- bila satu angkatan dengan lima kelas maka satu angkatan bisa “menyumbang” Rp, 8.750.000,- maka bisa dihitung bila ada tiga angkatan (kelas 10,11&12) maka totalnya = Rp, 26.750.000,-. Oh… lupa, kelas 12 gak ikut sumbangan! Oke, jadi hanya dua angkatan. Rp, 8.750.000,- x 2 angkatan, maka totalnya Rp, 17.500.000,-.

            Entah masuk akal atau tidak! Namun, menurut sudut pandang anak polos seperti gwa. Angka tersebut untuk sebuah acara makrab cukup tidak masuk akal. Apalagi tidak ada penjelasan sama sekali mengenai berapa pemasukan yang ada dan pengeluaran untuk kebutuhan acara. Janganlah itu, runtutan acaranya saja tidak dijelaskan seperti apa.

            “Kelas 10 gak ikut kolektif-an kan yang jadi panitia angakatan kita bukan meraka” katanya. Oke.. mulai sedikit mendalam. Berapa kira-kira harga sewa villa per malam? Katakan saja 4 juta permalam. Kan buat makan belom, berapa biaya untuk makan? 25,000 x 3 x 50 orang = Rp. 3,750.000,-.  Maka total pengeluaran hanya Rp. 7,750.000,- dari perkiraan Rp. 8,000,000,- dan pemasukan “sumbangan” Rp. 8,750.000,-. Maka bagaimana dengan 1 jutanya? Ini tidak termasuk biaya transportasi ya.. karena mereka akan naik motor pribadi!

            Oke mungkin gwa terlalu detail. 

            Keresahan gwa selain itu adalah para “peserta” makrab yang tak jauh hanya anak-anak tongkrongan yang asal sekolah demi mendapat uang jajan dan juga hiburan tongkrongan yang tak seberapa. Adanya sedikit pemaksaan terhadap salah seorang yang tidak membayar “sumbangan”. Berbagai tekanan pun dilontarkan, apalagi kacamata kuda yang sering kali melihat berita mengenai bullying karena suatu hal dan tekanan sehingga membuat kepala semakin stress dan seakan ingin pecah! Pemikiran dikepala sudah kemana-mana..

            Maka… bila ditanya    “Wajar kah..?” jawabannya subjektif. Tapi menurut gwa hal tersebut tidak wajar karena yang ikut acara tersebut hanya segelintir dari ratusan murid SMA yang ada. 

            Ets… ini hanyalah sudut pandang gwa. Mungkin saja kita memiliki pandangan yang berbeda, mungkin bisa berdiskusi tanpa emosi! Hehehehe…

No comments

© KATABANGJAKA