Kami
mulai memasuki kampung atlet atau yang juga disebut Athlete Para Village sejak tanggal 1 Oktober. Sebelumnya kami
dibagi dalam beberapa kelompok terlebih dahulu. Gwa gabung di kelompok 12
dimana nanti akan bertugas di Sirkuit Sentul pada cabang Para Cycling Road Race. Dan dibuat satu kelompok lagi yang terdiri
dari tiga orang, dimana kelompok tersebut merupakan kelompok kamar. Setiap
penghuni kami harus berbeda provinsi. Gwa satu kamar dengan Arya (Tanggerang
2018) dan Afif (Bekasi 2018), beruntung sih karena se-kamar dan satu angkatan.
Nah, karena
tinggal di kampung atlet.. gwa pikir makannya tuh di dinning hall makan bareng para atlet, ternyata tidak. Dinning hall dikhususkan untuk para
atlet dan ofisial saja. Kami mendapat nasi kotak dengan berbagai buah yang
berganti-ganti. Tapi lauknya tidak, hampi selama seminggu gwa makan nasi padang
dengan lauk yang kaya dengan minyak dan santan. Tapi setelah beberapa hari
akhirnya lauk makanan berganti. Kami juga mendapatkan kudapan pagi, siang dan
malam kalau tidak salah. Hehehehe….
Maka dari
itu gwa kerap lari pagi ataupun olah raga sebelum mencuci baju dan mandi. Untuk
tinggal selama dua minggu, gwa hanya membawa pakaian cukup sedikit. Hanya baju
angkatan, 3 celana training, 2 kaos hitam untuk tidur, 3 kaos putih, batik,
kaos kaki 3 pasang, pakaian dalam selama 10 hari, sepatu biasa dan tentu saja
pantofel yang membuat tas gwa berat. Karna gwa berpikir untuk mencuci baju
selama di kampung atlet. Walaupun ada laundry
gratis tapi gwa hanya beberapa kali saja memanfaatkannya karena dengan
pakaian yang sedikit namun kegiatan yang meraton mau gak mau gwa harus selalu
siap sedia pakaian, bila di laundry
sistemnya 24 jam baru bisa diambil. Sehingga cukup riskan untuk gwa.
Dan
dihari-hari pertama gwa mencuci baju dengan sampo karena gwa lupa beli sabun
cuci baju. Mulai dari kaos kaki hingga pakaian dalam gwa cuci menggunakan
sampo.
Jadi
gini, setelah kegiatan disiang hari, malamnya gwa ganti dengan pakaian tidur
(kaos hitam dan celana training) lalu pakaian yang siang hari gwa jemur didepan
fan AC yang mengeluarkan udara panas
agar esok harinya bisa dipakai kembali. Paginya sekitar jam 4, gwa sebelum
mandi pagi membiasakan mencuci baju tidur dan pakaian kotor, termasuk pakaian
kegiatan hari sebelumnnya bila dihari itu gwa gak memakainnya.
Gitu
aja sih rutinitas gwa diawal-awal menempati kampung atlet.
Makin
mendekati pembukaan, makin banyak pula kontingen yang mulai menempati kampung
atlet. Dan ketika itulah gwa merasa bangga bisa melihat para atlet yang akan
berjuang membela negaranya di pentas Asia. Tiap pagi bila gwa olah raga dan
ketemu para atlet dan ofisal yang juga olah raga tak cangung untuk gwa sekedar
menyapa mereka “Morning…” ataupun sebaliknya, gwa yang disapa oleh mereka.
Selain
itu fasilitas yang disediakan di dalam kampung atlet juga beragam. Mulai dari
minimarket yang paling dicari dan ditunggu-tunggu oleh gwa untuk membeli pulsa,
bangku pinjat dan relaksasi, kami juga mendapat perlengkapan mandi, juga konser
musik tiap malamnya dan juga wifi yang
begitu penting untuk gwa, Afif dan Arya nonton film.
Tetapi
ketika malam hari, gwa jarang banget keluar kamar untuk nonton konser atau
sekedar jalan-jalan. Karena penyakit
habis makan biasanya kambuh, yaitu ngantuk. Jadi setelah makan gwa, arya dan
afif langsung balik ke kamar. Arya main game, Afif nonton film, dan gwa
keseringan langsung tidur. Hehehehe….
Tunggu cerita selanjutnya….
No comments
Post a Comment