Friday, January 26, 2024

Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia


Di tengah hangatnya suhu perpolitikan nasional pada masa kampanye Pemilu 2024. Timnas Indonesia mencuri perhatian masyarakat melalui penampilannya pada Piala Asia 2023 di Qatar. Tidak hanya pecinta sepakbola, masyarakat awam pun memperhatikan timnas Indonesia
 

            Setelah tujuh belas tahun lalu, terakhir kali timnas Indonesia pentas dalam gelaran Piala Asia dengan status sebagai tuan rumah bersama Malaysia, Vietnam dan Thailand. Sebelumnya, timnas Indonesia juga sempat beberapa kali tampil di Piala Asia antara lain tahun 1996 di Uni Emirat Arab, tahun 2000 di Lebanon, dan tahun 2004 di Cina. Akhirnya, timnas Indonesia kembali ambil bagian dalam Piala Asia 2023 di Qatar.  Sejarah pun tercipta dengan lolosnya timnas Indonesia ke babak gugur Piala Asia 2023 dengan status salah satu peringkat 3 terbaik.

Kembali tampilnya timnas Indonesia dalam Piala Asia tentu menjadi hal yang menarik perhatian sebagian besar masyarakat, bahkan mereka yang tidak begitu mengikuti perkembangan sepakbola Indonesia. Lantas, mengapa demikian?

Tampilnya timnas Indonesia di kancah Asia bukan semata persoalan sepakbola antara sebelas lawan sebelas. Lebih dari itu, juga menjadi representasi/ simbol dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nasionalisme turut melatarbelakangi semangat baik para punggawa timnas Indonesia maupun suporter sebagai pemain kedua belas. Tidak hanya mereka yang maniak akan sepakbola, tapi juga masyarakat awam yang mungkin sama sekali tidak paham sepakbola pun turut menyemarakan penampilan timnas Indonesia.

Sepakbola memang mengandung emosi dan fanatisme yang kemudian melebar pada nasionalisme. Olahraga termasuk sepakbola telah dimanfaatkan oleh Presiden Sukarno untuk meningkatkan citra politik luar negeri Indonesia sekaligus sarana pembangunan karakter bangsa Indonesia dalam proses national building. Sepakbola dan politik Sukarno tampak saling melengkapi satu sama lain.

Bahkan bila berbicara soal nasionalisme dalam sepakbola, sebenarnya sudah nampak pada masa kolonial Hindia Belanda. Ketika perkumpulan-perkumpulan sepakbola kaum Bumiputera berdiri menandingi perkumpulan-perkumpulan sepakbola orang-orang Belanda-Eropa dan keturunan Tionghoa. Hingga berlanjut mendirikan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) sebagai asosiasi perkumpulan sepakbola kaum Bumiputera. Dengan begitu, sepakbola turut menjadi salah satu alat perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui upaya nasioanlisasi sepakbola. Hal itu pun dapat mematahkan anggapan bahwa sepakbola dan olahraga secara umum dapat disahkan dari politik.
 
Referensi:
Aji, R. B. (2012). Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965. Lembaran Sejarah10(2), 135-148.
Ardiyanto, E. D. (2023). Perjuangan Bumiputera Melalui Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) Di Jawa Tahun 1930-1942. Journal of Indonesian History11(1), 85-98.

Ichsan, A. C. (2004). Gentlement's Agreement 15 Januari 1937 antar NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie) dengan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Depok: Skripsi UI.



No comments

© 2025 KATABANGJAKA