Le Mayeur kerap
menggambarkan keindahan alam, budaya, dan masyarakat ke dalam lukisannya. Pada
beberapa lukisannya, ia juga melukis perempuan Bali bertelanjang dada. Jika
dilihat dari kacamata etika, maka itu akan menjadi suatu perdebatan besar.
Namun, jika dilihat menggunakan kacamata sejarah, kita jadi dapat melihat
kondisi Bali masa lampau – mengenai pakaian keseharian masyarakat Bali pada
masa lalu.
Jum’at lalu (27/10), kelas sejarah kesenian Indonesia
dipindah ke Museum Le Mayeur – tadinya mau ke Festival Kesenian di ISI
Denpasar. Berbeda dari biasanaya yang kuliah di kelas dan mendengar dosen
berceramah mengenai sub-topik sejarah kesenian Indonesia. Kali ini gwa dan
teman-teman melihat-lihat dan memperhatikan setiap karya lukis Le Mayeur,
bahkan kami berkesempatan untuk melihat karya aslinya yang tidak dipamerkan di
dua ruang utama museum.
Andrean Jean Le Mayuer de Merpes merupakan pelukis asal Belgia yang
terjerat oleh pesona yang dimiliki Bali hingga menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam sejarah perkembangan seni lukis di Bali. Ia kerap
menggambarkan keindahan alam, budaya, dan masyarakat setempat ke dalam
lukisan-lukisannya, salah satunya perempuan Bali yang kerap dijadikannya
sebagai objek lukisan.
![]() |
Gambar 1.
Lukisan asli Le Mayeur yang menggambarkan dua wanita bertelanjang dada (Dokumentasi
pribadi) |
Dalam karya-karya lukisannya, Le Mayuer kerap menggambarkan perempuan Bali
bertelanjang dada. Jika dipandangan menggunakan kacamata etika, rasanya hal
tersebut tentu kurang pantas karena dianggap terlalu vulgar. Oleh karena itu,
membicarakan masa estetika dan etika di wilayah relativitas tentu tidak akan
ada habisnya. Untuk tidak menimbulkan perdebatan tanpa akhir, karya-karya seni
yang vulgar cukup dilihat sebagai suatu karya seni.
![]() |
Gambar 2. Kondisi Pasar di Bali pada tahun
1930-an (Leiden University Libraries Digital Collections/ KITLV) |
Karena yang perlu dipahami juga, seni merupakan representasi situasi/
keadaan aktual. Pada foto di atas, situasi pasar di Bali pada tahun 1930-an,
juga tampak perempuan-perempuan Bali bertelanjang dada. Dengan begitu, rasanya, hal semacam itu adalah
hal lumrah pada masa itu. Maka, jika melihatnya menggunakan perspektif itu kita
jadi dapat memahami kondisi masyarakat Bali pada masa lalu dari suatu karya
seni.
Lantas, apakah suatu karya seni masa lampau dapat menjadi sumber dalam
penelitian sejarah? Mungkin, iya. Kita bisa menggunakan karya-karya Le Mayeur
atau pelukis lain yang menggambarkan situasi Bali masa lampau untuk melihat
kondisi atau situasi saat itu. Namun, rasanya tidak bisa juga suatu karya seni
dapat dijadikan sebagai sumber primer dalam penelitian sejarah, kecuali memang
karya seni itu yang menjadi objek kajiannya.
No comments
Post a Comment