Malaka pada
abad ke-15 merupakan suatu kawasan yang cukup penting dalam perkembangan
sejarah di Nusantara. Kebesaran Malaka di Nusantara banyak dipengaruhi oleh
ekonomi dan perdaganganya. Malaka juga memposisikan diri sebagai pusat
perkembangan Islam di Nusantara pada masa itu.
Selepas
Malaka berdiri, pengaruh atau peranan Pasai dan pelabuhan-pelabuhan di Timur
Sumatera perlahan meredup. Dan malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan
penyebaran Islam. Meskipun sejak abad ke-11, berdasarkan bukti-bukti (prasasti,
nisan) menunjukan Islam telah menyebar di Nusantara, tapi perkembangannya tidak
terlalu luas. Dan perkembangan Islam di Nusantara mulai berkembang pesat ketika
Malaka menjadi pusat perdanganan Asia Tenggara yang maju karena para pedagang
Islam yang mulai masuk ke wilayah Brunei, Filipina dan kepulauan di Nusantara
lainnya.
Kegiatan perdagangan di Malaka
merupakan warisan dari tradisi ekonomi yang telah berjalan sejak awal Kerajaan
Langkasuka dan Sriwijaya, yaitu dari abad ke-7 hingga abad ke-13.
Kemunculan
Malaka sebagai pusat ekonomi antar bangsa dapat dilihat dari dua segi. Yang
pertama adalah menegnai penyaluran komoditi dagang yang laku di pasaran ke wilayah
sekitar. Lalu yang kedua, memberikan kemudahan terhadap pedagang lain yang
ingin berdagang di sana. Sebenarnya dari sebagai daerah penghasil, Malaka tidak
begitu berarti. Namun, karena letak geografisnya yang sangat menguntungkan,
maka Malaka dapat menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara pada masa itu.
B. Harisson
berpendapat bahwa, Selat Malaka terletak dipersimpangan jalur pedagangan
internasional yang sesuai pula dengan arah tiupan angin muson yang sering
menentukan jalan-jalan layar yang menyebrangin lautan Hindia dan lautan Cina.
Angin muson
barat daya yang bertip dari bulan Mei hingga Oktober membawa kapal-kapal
pedangan dari Lautan Hindia dan juga Laut Merah ke Selat Malaka, dan seterusnya
membawa kapal-kapal ke Timur Jauh bersama-sama dengan kapal-kapal Cina yang
hendak kemabli ke negeriya. Angi muson timur laut yang bermula pada bulan
November hingga April membawa balik kapal-kapal Timur Jauh ke Selt malaka dan
seterusnya ke Lautan Hindia dan Laut Merah. Hal ini menakjukan Tome Pires pada
awal abad ke-15 hingga mengatakan bahwa, Malaka
adalah permulaan bagi satu perjalanan dan akhir bagi satu perjalanan lainnya.
Karena hal
tersebut pula banyak masyarakatnya yang memilih untuk melaut dibandingkan
dengan bercocok tanam, selain itu juga karena tanah di Malaka tergolong tidak
subur. Bahka unutk beras pun mereka mengimpornya dari Siam.
Kejayaan
Malaka disebabkan karena adanya jaminan keamanan dari pemerintahan mengenai
kepentingan perdangan terutama para pedangan asing, seperti yang tertuang dalam
Undang-undang Melaka dan Undang-undang Laut Melaka.
Malaka juga
menyediakan infrastruktur bagi pedagang seperti gudang bawah tanah yang
digunakan untuk mneyimpan barang dagangan ketika menanti kapal tiba. Kemuidan
peraturan birokrasi yang digunakan untuk keperluan perdagangan juga terpenuhi
dengan adanya empat orang syahbandar untuk mewakili setiap bangsa; Gujarat; India
bagian Selatan, Benggala, Pegu, dan Pasai; Jawa, Maluku, Banda, Palembang,
Borneo dan Filipina; Cina, Champa, Kepulauan Ryu Kyu. Para Syahbandar itulah
yang memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan di daerah pelabuhan
sehingga kegiatan ekonomi-perdagangan Malaka menjadi maju.
Malaka
sendiri sebenarya memainkan beberapa peran dalam perdagangan antarbangsa ini. Pertama,
Malaka berperan sebagai penerima, pembeli, dan pengendali barang dagangan unutk
di simpan dalam gudang sebelum akhirnya barag itu dijual ke pasaran. Yang
kedua, Malaka berperan sebagai pihak perantara, dimana Malaka menjebatani
perdangan yang dilakukan oleh Timur, Barat dan Nusantara. Dan ketiga, sebagai
tempat menyebarkan dan menyalurkan seluruh hasil perdagangan yang ada.
Salah satu
komoditas utamanya adalah rempah-rempah serti cengkih dari Maluku dan buah pala
dari Kepualauan Banda, serta tekstil dari India seperti Gujarat, Koromandel,
Malabar, dan Benggala.
Karena
perkembangan dan kemajuan perdagangannya yang pesat hingga dikenal di berbagai
wilayah, menimbulkan minat bangas asing terutama Eropa seperti Portugis dan Belanda
untuk meugasai Malaka. Sehingga, Malaka menjadi tempat persaingan pedagang dari
Portugis dan VOC.
Portugis
sendiri berhasil masuk ke Malaka pada 1511, dimana armada kapal Portugis yang
dipimpin oleh Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa menuju Malaka. Peperangan
Malaka dengan Portugis pun terjadi, sepanjang perang tersebut Malaka terhambat
karena permasalahan internal, yaitu permasalahan antara Sultan Mahmud dan
putranya Sultan Ahmad yang baru diserahi kekuasaan yang pada akhirnya dibunuh
atas perintah ayahnya sendiri. Hingga pada akhirnya, Malaka takluk kepada
Portugis. Lalu dimulailah kekuasan Portugis di Malaka yang nantinya diikuti
oleh penguasaan VOC di Malaka.
Sumber:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20237413-S510-Rendithya%20Ramdan%20Fikri.pdf
No comments
Post a Comment