Monday, November 16, 2020

KESULTANAN MALAKA : PUSAT PERDAGANGAN ASIA TENGGARA

            Malaka pada abad ke-15 merupakan suatu kawasan yang cukup penting dalam perkembangan sejarah di Nusantara. Kebesaran Malaka di Nusantara banyak dipengaruhi oleh ekonomi dan perdaganganya. Malaka juga memposisikan diri sebagai pusat perkembangan Islam di Nusantara pada masa itu.

            Awal berdirinya kesultanan Malaka tidak dapat diketahui secara pasti. Namun menurut berita Cina, Kesultanan Malaka didirika oleh Parameswara (Sultan Iskandar Syah) yang berdari Palembang yang kemudian tersingkir karena serangan Tunampel. Pameswara sendiri merupakan pelarian dari Majapahit. Dalam kata lain, Pameswara melakukan pelarian dari Majapahit ke Sriwijaya, dan kemudian kembali melakukan pelarian ke semanjung Malaka. Di sana, Pameswara menikahi putri Pasai, sehingga ia memeluk agama Islam. Sehingga, Kesultanan Malaka berubah menjadi Kesultanan Islam. Nama Malaka sendiri berasal dari sebuah pohon yang disebut Malaka.

            Selepas Malaka berdiri, pengaruh atau peranan Pasai dan pelabuhan-pelabuhan di Timur Sumatera perlahan meredup. Dan malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam. Meskipun sejak abad ke-11, berdasarkan bukti-bukti (prasasti, nisan) menunjukan Islam telah menyebar di Nusantara, tapi perkembangannya tidak terlalu luas. Dan perkembangan Islam di Nusantara mulai berkembang pesat ketika Malaka menjadi pusat perdanganan Asia Tenggara yang maju karena para pedagang Islam yang mulai masuk ke wilayah Brunei, Filipina dan kepulauan di Nusantara lainnya.

Kegiatan perdagangan di Malaka merupakan warisan dari tradisi ekonomi yang telah berjalan sejak awal Kerajaan Langkasuka dan Sriwijaya, yaitu dari abad ke-7 hingga abad ke-13.

            Kemunculan Malaka sebagai pusat ekonomi antar bangsa dapat dilihat dari dua segi. Yang pertama adalah menegnai penyaluran komoditi dagang yang laku di pasaran ke wilayah sekitar. Lalu yang kedua, memberikan kemudahan terhadap pedagang lain yang ingin berdagang di sana. Sebenarnya dari sebagai daerah penghasil, Malaka tidak begitu berarti. Namun, karena letak geografisnya yang sangat menguntungkan, maka Malaka dapat menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara pada masa itu.

            B. Harisson berpendapat bahwa, Selat Malaka terletak dipersimpangan jalur pedagangan internasional yang sesuai pula dengan arah tiupan angin muson yang sering menentukan jalan-jalan layar yang menyebrangin lautan Hindia dan lautan Cina.

            Angin muson barat daya yang bertip dari bulan Mei hingga Oktober membawa kapal-kapal pedangan dari Lautan Hindia dan juga Laut Merah ke Selat Malaka, dan seterusnya membawa kapal-kapal ke Timur Jauh bersama-sama dengan kapal-kapal Cina yang hendak kemabli ke negeriya. Angi muson timur laut yang bermula pada bulan November hingga April membawa balik kapal-kapal Timur Jauh ke Selt malaka dan seterusnya ke Lautan Hindia dan Laut Merah. Hal ini menakjukan Tome Pires pada awal abad ke-15 hingga mengatakan bahwa, Malaka adalah permulaan bagi satu perjalanan dan akhir bagi satu perjalanan lainnya.

            Karena hal tersebut pula banyak masyarakatnya yang memilih untuk melaut dibandingkan dengan bercocok tanam, selain itu juga karena tanah di Malaka tergolong tidak subur. Bahka unutk beras pun mereka mengimpornya dari Siam.

            Kejayaan Malaka disebabkan karena adanya jaminan keamanan dari pemerintahan mengenai kepentingan perdangan terutama para pedangan asing, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Melaka dan Undang-undang Laut Melaka.

            Malaka juga menyediakan infrastruktur bagi pedagang seperti gudang bawah tanah yang digunakan untuk mneyimpan barang dagangan ketika menanti kapal tiba. Kemuidan peraturan birokrasi yang digunakan untuk keperluan perdagangan juga terpenuhi dengan adanya empat orang syahbandar untuk mewakili setiap bangsa; Gujarat; India bagian Selatan, Benggala, Pegu, dan Pasai; Jawa, Maluku, Banda, Palembang, Borneo dan Filipina; Cina, Champa, Kepulauan Ryu Kyu. Para Syahbandar itulah yang memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan di daerah pelabuhan sehingga kegiatan ekonomi-perdagangan Malaka menjadi maju.

            Malaka sendiri sebenarya memainkan beberapa peran dalam perdagangan antarbangsa ini. Pertama, Malaka berperan sebagai penerima, pembeli, dan pengendali barang dagangan unutk di simpan dalam gudang sebelum akhirnya barag itu dijual ke pasaran. Yang kedua, Malaka berperan sebagai pihak perantara, dimana Malaka menjebatani perdangan yang dilakukan oleh Timur, Barat dan Nusantara. Dan ketiga, sebagai tempat menyebarkan dan menyalurkan seluruh hasil perdagangan yang ada.

            Salah satu komoditas utamanya adalah rempah-rempah serti cengkih dari Maluku dan buah pala dari Kepualauan Banda, serta tekstil dari India seperti Gujarat, Koromandel, Malabar, dan Benggala.

            Karena perkembangan dan kemajuan perdagangannya yang pesat hingga dikenal di berbagai wilayah, menimbulkan minat bangas asing terutama Eropa seperti Portugis dan Belanda untuk meugasai Malaka. Sehingga, Malaka menjadi tempat persaingan pedagang dari Portugis dan VOC.

            Portugis sendiri berhasil masuk ke Malaka pada 1511, dimana armada kapal Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa menuju Malaka. Peperangan Malaka dengan Portugis pun terjadi, sepanjang perang tersebut Malaka terhambat karena permasalahan internal, yaitu permasalahan antara Sultan Mahmud dan putranya Sultan Ahmad yang baru diserahi kekuasaan yang pada akhirnya dibunuh atas perintah ayahnya sendiri. Hingga pada akhirnya, Malaka takluk kepada Portugis. Lalu dimulailah kekuasan Portugis di Malaka yang nantinya diikuti oleh penguasaan VOC di Malaka.

 

Sumber:

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20237413-S510-Rendithya%20Ramdan%20Fikri.pdf


No comments

© KATABANGJAKA