Gwa bukan
orang yang ahli dalam dunia pendidikan. Gwa bukan guru, gwa bukan menteri
kemendikbud, gwa bukan pengamat pendidikan. Tapi terkadang dalam otak gwa kerap
terlintas mengenai keresahan atau sesuatu yang janggal dalam dunia pendidikan
di Indonesia dari pandangan gwa. Seperti…
Kemarin
gwa melihat sebuah acara lomba tari tradisional Indonesia yang diselengarakan di salah satu kantor walikota di Jakarta.
Mayoritas peserta dari tiap kelompok adalah anak-anak usia 6-12 tahun. Namun,
gwa terheran ketika sebuah bintang tamu yang mengisi acara membawakan lagu yang
bertemakan percintaan. Oh my god… Gwa berfikir.. kenapa lagu yang dibawakan
bertema percintaan? Jelas tak sejalur dengan tema perlombaan yang kental dengan
nuansa nusantara dan tradisional. Kenapa tidak menyanyikan lagu daerah? Atau
lagu-lagu betawi jaman dulu, sehingga anak-anak kecil itu bisa mengenal lebih
jauh mengenai budayanya walaupun hanya sebatas dalam dunia musik. Jangan sampai
sepuluh hingga dua puluh tahun yang akan datang, anak anak muda Indonesia tidak
tahu lagi tentang lagu lagu dari daerahnya.
Selain
itu, menurut gwa. Anak-anak tersebut secara tidak langsung “diracuni” dengan
dunia percintaan yang seharusnya menurut gwa, tak pantas untuk anak-anak berumur
6-12 tahun.
Mungkin
menurut kalian ini bukanlah hal yang penting. Tapi sadar atau tidak, hal
seperti itu membuat anak-anak jadi bertingkah yang tak selayaknya anak-anak
lakukan. Apalagi ditambah dengan tayangan televisi yang tidak berkualitas.
Wajar lah jika banyak anak sd yang menjalin hubungan asmara lalu mengumbarnya
ke dunia maya dan kasus seksual yang terjadi pada anak-anak usia remaja.
Jika
negara ingin maju, tentunya majukan juga dunia pendidikannya. Agar kualitas
dari anak-anak bangsa juga maju. Revolusi mental dengan menanamkan pendidikan
berkarakter dalam sekolah tentu hal yang sangat baik. Tapi lebih baik juga
sektor penunjang yang lain ikut membantu dalam kemajuan pendidikan Indonesia.
No comments
Post a Comment